Senin, 23 Juni 2025

Libya Minta Iran tak Ikutkan Qatar dalam Krisis Timur Tengah, Ditandatangani PM Osama Hammad

    14.35   No comments

Benghazi, Libya - Dalam sebuah perkembangan yang mengejutkan, Pemerintah Libya yang berpusat di Benghazi, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Osama Saad Hammad Saleh, telah mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam keras serangan rudal Iran terhadap Qatar. 

Pernyataan pers yang ditandatangani oleh PM Hammad Saleh ini menandai babak baru dalam dinamika politik Libya yang kompleks dan penuh gejolak. Keprihatinan yang diungkapkan atas agresi ini menyoroti pergeseran potensial dalam aliansi regional, mengingat sejarah hubungan yang pernah ada.

Pernyataan tersebut, bernomor 16 Tahun 2025, secara gamblang mengutuk "agresi terang-terangan" Iran dan menegaskan solidaritas penuh Libya dengan Qatar, menganggap serangan tersebut sebagai pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hal ini sangat menarik mengingat bahwa di masa lalu, Iran diketahui mendukung faksi di Timur Libya, yang uniknya juga didukung AS, Rusia, UAE dan Israel sementara Qatar dan Turkiye memiliki kedekatan dengan pemerintahan di Tripoli, di wilayah Barat. Perubahan sikap ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai perubahan lanskap politik dan diplomatik di kawasan tersebut.

Posisi PM Osama Saad Hammad Saleh sebagai penandatangan pernyataan ini juga sangat signifikan. Ia adalah figur sentral dalam pemerintahan stabilitas nasional yang berbasis di Benghazi, sebuah entitas yang muncul di tengah perpecahan politik yang mendalam di Libya. Pemahaman tentang peran dan latar belakangnya sangat penting untuk memahami makna di balik pernyataan ini dan implikasinya terhadap dinamika konflik di Libya.

Pada Februari 2022, Dewan Perwakilan Rakyat menugaskan Fathi Bashagha untuk membentuk pemerintahan baru, menggantikan Pemerintahan Persatuan Nasional yang dipimpin oleh Abdul Hamid Dbeibeh. Meskipun Dbeibeh tetap berpegang teguh pada kekuasaan, Dewan Perwakilan Rakyat memberikan kepercayaan kepada pemerintah Bashagha pada 1 Maret 2022. 

Dalam susunan pemerintahan baru tersebut, Osama Hammad menjabat sebagai Menteri Perencanaan dan Keuangan, sebuah posisi yang memberinya platform untuk menyuarakan pandangannya.

Mengingat konflik yang sedang berlangsung antara pemerintahan yang ditunjuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan pemerintahan Dbeibeh yang masih menjabat, Osama Hammad telah menjadi salah satu menteri terkemuka yang dengan gigih mempertahankan legitimasi pemerintahan baru. Ia dikenal sebagai kritikus vokal terhadap pemerintahan Dbeibeh, sering kali mengangkat isu-isu dugaan salah urus keuangan dan korupsi. Hammad secara terbuka telah mengajukan keluhan kepada jaksa agung Libya mengenai dugaan korupsi finansial dalam pemerintahan Dbeibeh.

Salah satu insiden yang paling disoroti oleh Hammad adalah dugaan penahanan dana anggaran oleh pemerintah di Tripoli yang seharusnya dialokasikan untuk anak-anak penderita kanker di Benghazi.

Menurut Hammad, penundaan alokasi dana tersebut mengakibatkan kematian sembilan anak akibat tertundanya pengobatan di Yordania. Insiden ini, jika benar, semakin memperkuat citra Hammad sebagai pembela kepentingan rakyat dan kritikus tajam terhadap apa yang ia anggap sebagai kegagalan pemerintahan rival.

Di luar peran politiknya, Hammad juga terlibat langsung dalam upaya pembangunan kembali. Ia secara pribadi mengawasi rencana rekonstruksi kota Benghazi, sebuah kota yang hancur akibat perang yang dilancarkan oleh Tentara Nasional Libya dalam berbagai operasi militer sebeluknya. Pengalaman ini memberikan wawasan tentang kapasitasnya dalam mengelola proyek-proyek besar dan komitmennya terhadap pemulihan wilayah timur.

Pada 16 Mei 2023, Dewan Perwakilan Rakyat memutuskan untuk menugaskan Menteri Keuangan Osama Hammad untuk melaksanakan tugas perdana menteri, menggantikan Fathi Bashagha, setelah sekitar 15 bulan menjabat. Keputusan ini, menurut para analis, muncul setelah para deputi mengkritik kinerja Bashagha selama periode tersebut di berbagai bidang, termasuk janji-janji yang tidak terpenuhi dan proyek-proyek yang belum selesai. Penunjukan Hammad sebagai pelaksana tugas perdana menteri semakin mengukuhkan posisinya sebagai tokoh kunci dalam politik Libya.

Selama Badai Daniel, Osama Hammad memimpin respons di Libya timur melalui krisis tersebut. Kemampuannya dalam mengelola situasi darurat dan mengoordinasikan upaya penyelamatan dan bantuan pada masa krisis alam ini menunjukkan kapasitas kepemimpinan yang signifikan di bawah tekanan.

Pengalaman ini kemungkinan besar juga menambah bobot pada suaranya dalam urusan domestik dan internasional.

Pergeseran dukungan dari Iran, jika ini adalah indikasi nyata dari perubahan kebijakan, akan memiliki implikasi yang luas bagi Libya. Sejak lama, Libya terpecah antara pemerintahan yang berbasis di Timur dan Barat, dengan dukungan eksternal yang terpecah belah. Jika Iran dulu condong ke arah pemerintahan Benghazi, hal ini dapat mengubah dinamika kekuatan dan potensi penyelesaian konflik internal. Ini juga menjadi tantangan bagi Iran dalam mencari sekutu baru di kawasan tersebut.

Pernyataan yang ditandatangani oleh PM Osama Hammad Saleh bukan hanya sekadar kecaman, tetapi juga panggilan untuk de-eskalasi dan dialog diplomatik. Seruan untuk "menghentikan eskalasi dan kembali ke cara diplomatik dan dialog" menunjukkan keinginan untuk mencegah peningkatan ketegangan lebih lanjut di kawasan, sekaligus menjaga keamanan dan stabilitas regional. Ini adalah sebuah isyarat yang, meskipun datang dari salah satu pihak yang berkonflik di Libya, menggarisbawahi pentingnya diplomasi dalam penyelesaian krisis regional.

Hubungan antara Iran dan Qatar juga menjadi fokus. Iran dan Qatar memiliki hubungan yang kompleks, seringkali berfluktuasi antara kerja sama dan ketegangan. Serangan rudal ini, meskipun diarahkan ke pangkalan militer AS, yang dikecam oleh Libya, mungkin menjadi indikasi keretakan atau dinamika baru dalam hubungan tersebut. 

Reaksi Libya, terutama dari pemerintahan Benghazi, bisa jadi merupakan upaya untuk memanfaatkan situasi ini guna memperkuat posisinya di mata negara-negara Teluk lainnya.

Di sisi lain, pernyataan ini juga dapat dilihat sebagai upaya pemerintahan Benghazi untuk mengukuhkan legitimasi dan pengakuannya di panggung internasional. Dengan mengambil sikap tegas terhadap agresi regional, pemerintahan PM Hammad Saleh mungkin berharap untuk mendapatkan dukungan dan pengakuan dari komunitas internasional, terutama dari negara-negara yang peduli dengan stabilitas di Timur Tengah dan Afrika Utara. Ini adalah bagian dari strategi yang lebih besar untuk mengatasi isolasi politik yang mungkin mereka alami.

Secara keseluruhan, pernyataan dari Pemerintah Libya yang berpusat di Benghazi ini adalah sebuah peristiwa penting yang mengindikasikan adanya pergeseran dalam arsitektur politik Libya dan dinamika regional. Dengan Osama Saad Hammad Saleh di pucuk pimpinan, pemerintahan ini tidak hanya menyuarakan keprihatinan atas agresi regional tetapi juga secara implisit menegaskan perannya dalam isu-isu internasional. Ini menyoroti bahwa, meskipun Libya masih menghadapi tantangan domestik yang signifikan, para pemimpinnya berusaha untuk memposisikan negara mereka sebagai pemain yang relevan dalam masalah keamanan regional yang lebih luas.

Peran Hammad sebagai pelaksana tugas perdana menteri dan komitmennya terhadap rekonstruksi serta penanganan krisis juga menunjukkan bahwa ada upaya nyata untuk membangun kembali dan menstabilkan Libya timur. Upaya ini, jika berhasil, dapat memberikan legitimasi lebih lanjut kepada pemerintahannya dan memungkinkannya untuk memainkan peran yang lebih besar dalam penyelesaian konflik Libya secara keseluruhan. Hal ini juga memberikan harapan bagi masyarakat Libya yang mendambakan perdamaian dan stabilitas.

Masa depan Libya masih penuh ketidakpastian, namun pernyataan ini memberikan gambaran sekilas tentang bagaimana para pemain kunci beradaptasi dengan perubahan lanskap geopolitik. Perubahan aliansi, kecaman terhadap agresi, dan seruan untuk dialog diplomatik semuanya menunjukkan bahwa ada pergeseran halus namun signifikan yang sedang terjadi. Bagaimana perkembangan ini akan memengaruhi penyelesaian konflik Libya dan stabilitas regional akan sangat bergantung pada bagaimana para aktor utama merespons pergeseran ini dan apakah ada kemauan politik untuk mencari solusi damai.

loading...

newsonline

About newsonline

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Previous
Next Post
Tidak ada komentar:
Write komentar

Sponsor

Get updates in your email box

Complete the form below, and we'll send you our recent update.

Deliver via FeedBurner